Thursday, July 24, 2014

Mencoba Peruntungan di Prof Endy M Moegni SpOg

Kamis, 24 Juli 2014. Hari itu sendirian memutuskan untuk menjumpai Prof. Endy M Moegni, setelah mendapatkan info dari teman satu kantor yang berhasil program hamil dengan Dr. Ferdinan Moegni (Putra dari Prof Endy Moegni) seperti biasa, saya yang suka wara wiri sendiri berangkat ke RS Royal Progress - Sunter. Ntahlah setelah pergi ke sana sini, program hamil dokter ini itu rasanya cape banget dan pengen ke dokter yang lokasinya ga jauh sama kantor aja. Kebetulan saya adalah seorang corporate analyst di Astra Group yang kantornya berlokasi di Sunter. Jadi kayaknya pas kalo berangkat ke Prof Endy ini, selain itu juga dengan gelarnya yang udah professor rasanya saya lebih sreg dan lebih punya "trust" sama dokternya.

Ngga ada persiapan apa - apa sih waktu mau kontrol ke Prof Endy ini, mungkin karena udah sering banget ketemu Obgyn haha, tapi ternyata TETOT! salah besar kalo pertama ke Prof Endy ini tanpa persiapan hahaha! jadi begini, saya ceritakan dari awal ya..
Begitu masuk ruangan pemeriksaan Prof Endy, seperti dugaan saya, saya akan menjumpai opa-opa yang sangat menyenangkan, enak di ajak bicara dan ga terlalu bawel, standar aja, ditanya kapan nikah, riwayat keguguran sebelumnya, mens terakhir dll. Cuma, saya ingat waktu itu, saya langsung bilang sama Prof Endy, "Dok saya udah cape ke dokter ini itu, saya udah keki di tanya orang kapan hamil, pokoknya saya mau hamil dok." hahaha udah deh ngga ada basa basinya banget. Tanggapanya Prof Endy? Ya! dia cuma ketawa sambil meminta saya melepaskan celana dalam dan naik ke kursi periksa. 

OMG. yang dipikiran saya saat itu cuma, saya tidak siap untuk cek intravaginal karena belum wa*ing atau mengganti pakaian dalam. Tapi karena sudah disitu dan tidak memungkinka untuk pulang lagi kan, akhirnya nurut aja deh. Mulanya, suster membantu saya untuk duduk di kursi pemeriksaan, kaki saya di angkat dan dibentangkan ke kanan dan kekiri (Super Lebar) dan hanya di tutup kain. Saat itu Prof Endy sedang menyiapkan sarung tangan dan alat untuk membuka vagina saya, kalo ga salah namanya cocor bebek. Intinya hari itu isi vagina saya di ubek-ubek habis deh, dibersihkan, diberikan penyubur, diangkat lendirnya dan di masukan kamera untuk di foto bagian dalamnya. Nah buat yang ngga siap pasti shock banget kan, karena mengira hanya akan USG bisa atau paling parah USG Intravagial saja.

20 menit Prof Endy memeriksa saya dengan kesimpulan:
1. Saya PCO / PCOS
2. Tidak adanya selaput bawaan yang seharusnya melindungi sperma berenang mulus ke rahim
3. Cairan vagina saya yang bisa membuat sperma mati di jalan
4. Konsumsi metformin yang dosisnya kurang (jadi di tambah dari 2x1 500mg menjadi 3x1 hari)

So far, sreg banget dengan Prof Endy karena tindakan langsung dan step pemeriksaan selanjutnya dijelaskan dengan detail. Malah saya di prediksi Desember 2014 sudah bisa hamil.
Hari itu pulang dengan senang, walopun membawa sederetan foto hasil rekam isi vagina dengan masalah-masalahnya, prof Endy seperti memberi harapan yang sebenernya saya sudah di titik desperate untuk mendapatkan keturunan. Semoga saja bulan depan kondisi sel telur saya sudah membaik ya.

Oiya untuk seluruh tindakan Kolposkopi diatas saya dikenakan biaya Rp.1.000.000,- dan biaya untuk penyuntikan Ovidrel di hari mens ke 5 bulan depan sebesar Rp.866.000 (sudah termasuk obat dan suntikan) jadi tinggal bawa saja ke UGD untuk di suntik.

Thursday, July 3, 2014

Program Dr Ivan Sini SPOG, Klinik IVF Morula Menteng

Setelah sebelumnya di jadwalkan untuk Hydro dan HSG di klinik Archa Medika oleh dokter Okky Oktavandhi, suami saya menyarankan untuk menunda melakukan Hydro. Selain suami saya yakin sekali kami bisa mendapatkan keturunan secara normal, dia juga kayaknya kurang sreg dengan rencana Hydro ini, selain karena biayanya juga tidak murah (yah walopun di ganti kantor sih) sepertinya tindakan ini terlalu dini untuk saya yang baru saja kuret di awal tahun.

Sedikit saya jelaskan Hydro atau hydrotubasi itu adalah upaya untuk perbaikan jika ada penyumbatan saluran tuba. Proses nya kurang lebih sama dengan HSG, hanya saja hydro dilakukan dengan cara memasukan cairan untuk melihat adanya sumbatan atau tidak saat sperma menuju sel telur. Hydro ini ada yang dilakukan secara langsung tanpa bius, ada juga obgyn yang melakukannya dengan kondisi pasien diberi obat bius (bius tidur) karena katanya proses Hydro ini lumayan sakit loh. Wah udah mahal terus sakit lagi, kayaknya ngga dulu deh yah,,

Kamis, 3 Juli 2014 berangkatlah ke Bunda Medik Klinik Morula IVF Menteng. Kalo liat dari plangnya ada tulisan klinik bayi tabung, hahaha hampir desperate soalnya sampe kepikiran mau inseminasi aja. Padahal kuret juga baru Januari 2014 dan periode Februari - April memang ga boleh hamil dl pasca kuret. Jadi bisa di bilang baru 3 bulan dari mencoba dan belum dikasih lagi.

Klinik IVF Morula menteng ini menjadi pilihan karena Dr Ivan Sini praktek disini, apalagi saya hampir menunggu satu bulan untuk bisa mendapatkan antrian kontrol. Sambil menunggu dilantai 2 dengan suami hari itu, saya melihat-lihat foto bayi hasil bayi tabung di IVF Morula, ada yang kembar dua, ada yang kembar tiga.. hahah rasanya ga kebayang ya, sekalinya ingin punya bayi eh dikasih langsung kembar, tapi apapun kan yang penting sehat dan sempurna.

Lalu dari jauh Dr Ivan sini memasuki ruangan, berhubung saya mendapatkan urutan pertama, saya langsung diarahkan masuk ke ruangannya. Dr Ivan bisa dibilang dokter yang good looking, masih muda tapiii... saya kurang sreg! Dr nya sih banyak memberikan penjelasan, cuma saran yang diberikan tergolong standar banget (standar karena mungkin saya udah keliling banyak dokter yang memberikan tindakan dan opsi langsung seperti minum metformin, diet gula dan karbo, olahraga, menyarankan hydro dll) Dr Ivan cuma nyuruh saya "NUNGGU" karena belum setahun. Hancur rasanya ekpektasi saya ketika Dr Ivan cuma bilang saya ini positif PCO dan diminta menunggu sampai setahun pernikahan. Lhoooo... dok saya ini udah kebelet punya anak hiks..

Hari itu pulang dengan hampa, sempet di ambil sample darah dan USG 2D biasa (aga bingung karena dokter-dokter sebelumnya selalu melakukan USG Intravaginal) begitu sampe kasir makin bete karena harus membayar Rp.1.000.000-an dimana ngobrol sama dokernya aja paling cuma 5 menit. Dari situ saya (yang emang hobby banget ganti-ganti dokter) memutuskan tidak lagi ingin melanjutkan program dengan Dr Ivan Sini. Maaf loh dok, namanya pasien kan cocok-cocokan ya kan hehehe

Setelah ini mungkin akan coba peruntungan dengan dokter lain, coba pengobatan herbal atau apalah yang penting cepet punya anak lagi.