Monday, September 22, 2014

Positif Hamil, setelah dua kali berkunjung ke Prof Endy M Moegni SpOg

Hari itu tepat hari ke 5 menstruasi bulan Agustus 2014 saya sudah menyiapkan suntikan dan cairan ovidrel yang diberikan oleh Prof Endy pada kunjungan sebelumnya. Rencananya saya bawa ke UGD untuk di suntikan oleh perawat RS setempat. Singkat cerita, proses suntiknya dilakukan di bawah pusar, biaya bantu suntiknya dibanderol seharga Rp. 150.000,- konsumsi metformin merk Gluchopage 500mg masih saya teruskan 3x1 hari dan Ovacare 2x1 (vitamin ovarium). Ntahlah, rasanya lebih ikhlas setelah suntik ovidrel ini, berharap sih tapi ya nggak ngoyo banget. Kenapa? Soalnya saya harus melakukan perjalanan luar kota yang seabreg dari kantor.

Setelah suntik ovidrel itu, dalam minggu yang sama saya melakukan perjalan dinas ke Makassar lanjut ke Manado kurang lebih 4 hari tiga malan, setelah itu saya lanjut liburan singkat (tanpa suami) ke Singapore - Malaysia - Malacca selama 6 hari 5 malam. Pulang liburan saya punya waktu istirahat di rumah sekitar seminggu sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya, Malang dan Pasuruan. Seingat saya waktu itu saya sempat merayakan ulang tahun pernikahan yang pertama dengan suami. Besoknya saya berangkat ke Surabaya, Malang dan Pasuruan, nah mumpung lagi disana sekalian dinas saya juga liburan. Saya mengunjungi paralayang di batu, ke Batu secret zoo, Jatim Park 1 dan 2, ke Museum angkut, Museum Satwa, dan Batu night spectaculer. dan gatau kenapa kok cape banget rasanya liburan kali ini. Sepulangnya dari Malang, saya berencana berangkat ke Bali minggu depan, keberangkatan ini juga untuk dinas, jadi bagian dari pekerjaan saya ini adalah mengisi training standar pelayanan, kualiti kontrol dan beauty class, hal ini lah yang membuat saya harus hilir mudik terbang kesana sini. 

Hari itu, sebelum suami saya berangkat kerja, saya yang merasa kurang enak badan memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Setelah saya ingat - ingat, ini sudah pertengahan September dan saya belum menstruasi (padahal ada obat yang harus saya konsumsi untuk hari ke 3 Menstruasi) Sebenernya setengah hati sih minta tolong suami beli test pack, takut kecewa lagi, apalagi telat mensnya juga baru 5 hari. Akhirnya suami saya membelikan saya test pack, dan pergi berangkat ngantor. Tanpa menunggu lama, segera setelah suami saya berangkat kantor saya membuka bungkusan test pack dan melakukan test urin. Hasilnya?



Seneng banget langsung jelas dua garis merah!! tanpa basa basi, langsung saya kirim fotonya via whatsapp ke suami dengan captions "nanti malem kita ke dokter ya sayang" hahaha
Suami saya senang sekali mendengar berita ini, tapi kita simpan berita baik ini dulu berdua, karena kita sudah punya pengalaman pahit di kehamilan yang pertama.

Malamnya kita ke RS Bunda Dalima di BSD, hasilnya sangat mengecewakan karena dokternya malah meragukan kehamilan saya. Saya malah di suruh test pack ulang (dan tetep aja hasilnya 2 garis merah terang), USG yang dilakukan juga hanya USG dari atas lapisan perut (yaelah dok mana keliatan lah kalo baru setitik di USG dari atas)
Akhirnya karena penasaran, besoknya kita berangkat ke RS Hermina Podomoro dan bertemu dengan dokter Paul Wiryawan SpOg (dokter yang mendiagnosa keguguran saya pada kehamilan pertama). Alasan kami tidak berangkat ke Prof Endy karena ngantrinya harus menunggu seminggu lagi hiks, singkat cerita, saya hanya diam menunggu sampai muncul ucapan dokter Paul saat melakukan USG Intravaginal "Nah ini ada, masih kecil sekali, nanti kita lihat dua minggu lagi ya, tapi secara posisi sudah aman, janinnya di dalam rahim"

Rasanya legaaa banget mendengar dokter menyatakan saya benar positif hamil dengan usia kurang lebih 5 minggu. Semoga kehamilan yang sekarang sehat sempurna dan aman lancar sampai melahirkan nanti. Aamiin YRA. Oiya saking khawatirnya sama kandungan, akhirnya saya membatalkan perjalanan dinas saya ke Bali, padahal tiket pesawat, hotel dll sudah Issued. Tapi demi adik bayi, kita memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam menjaganya. :)

Thursday, July 24, 2014

Mencoba Peruntungan di Prof Endy M Moegni SpOg

Kamis, 24 Juli 2014. Hari itu sendirian memutuskan untuk menjumpai Prof. Endy M Moegni, setelah mendapatkan info dari teman satu kantor yang berhasil program hamil dengan Dr. Ferdinan Moegni (Putra dari Prof Endy Moegni) seperti biasa, saya yang suka wara wiri sendiri berangkat ke RS Royal Progress - Sunter. Ntahlah setelah pergi ke sana sini, program hamil dokter ini itu rasanya cape banget dan pengen ke dokter yang lokasinya ga jauh sama kantor aja. Kebetulan saya adalah seorang corporate analyst di Astra Group yang kantornya berlokasi di Sunter. Jadi kayaknya pas kalo berangkat ke Prof Endy ini, selain itu juga dengan gelarnya yang udah professor rasanya saya lebih sreg dan lebih punya "trust" sama dokternya.

Ngga ada persiapan apa - apa sih waktu mau kontrol ke Prof Endy ini, mungkin karena udah sering banget ketemu Obgyn haha, tapi ternyata TETOT! salah besar kalo pertama ke Prof Endy ini tanpa persiapan hahaha! jadi begini, saya ceritakan dari awal ya..
Begitu masuk ruangan pemeriksaan Prof Endy, seperti dugaan saya, saya akan menjumpai opa-opa yang sangat menyenangkan, enak di ajak bicara dan ga terlalu bawel, standar aja, ditanya kapan nikah, riwayat keguguran sebelumnya, mens terakhir dll. Cuma, saya ingat waktu itu, saya langsung bilang sama Prof Endy, "Dok saya udah cape ke dokter ini itu, saya udah keki di tanya orang kapan hamil, pokoknya saya mau hamil dok." hahaha udah deh ngga ada basa basinya banget. Tanggapanya Prof Endy? Ya! dia cuma ketawa sambil meminta saya melepaskan celana dalam dan naik ke kursi periksa. 

OMG. yang dipikiran saya saat itu cuma, saya tidak siap untuk cek intravaginal karena belum wa*ing atau mengganti pakaian dalam. Tapi karena sudah disitu dan tidak memungkinka untuk pulang lagi kan, akhirnya nurut aja deh. Mulanya, suster membantu saya untuk duduk di kursi pemeriksaan, kaki saya di angkat dan dibentangkan ke kanan dan kekiri (Super Lebar) dan hanya di tutup kain. Saat itu Prof Endy sedang menyiapkan sarung tangan dan alat untuk membuka vagina saya, kalo ga salah namanya cocor bebek. Intinya hari itu isi vagina saya di ubek-ubek habis deh, dibersihkan, diberikan penyubur, diangkat lendirnya dan di masukan kamera untuk di foto bagian dalamnya. Nah buat yang ngga siap pasti shock banget kan, karena mengira hanya akan USG bisa atau paling parah USG Intravagial saja.

20 menit Prof Endy memeriksa saya dengan kesimpulan:
1. Saya PCO / PCOS
2. Tidak adanya selaput bawaan yang seharusnya melindungi sperma berenang mulus ke rahim
3. Cairan vagina saya yang bisa membuat sperma mati di jalan
4. Konsumsi metformin yang dosisnya kurang (jadi di tambah dari 2x1 500mg menjadi 3x1 hari)

So far, sreg banget dengan Prof Endy karena tindakan langsung dan step pemeriksaan selanjutnya dijelaskan dengan detail. Malah saya di prediksi Desember 2014 sudah bisa hamil.
Hari itu pulang dengan senang, walopun membawa sederetan foto hasil rekam isi vagina dengan masalah-masalahnya, prof Endy seperti memberi harapan yang sebenernya saya sudah di titik desperate untuk mendapatkan keturunan. Semoga saja bulan depan kondisi sel telur saya sudah membaik ya.

Oiya untuk seluruh tindakan Kolposkopi diatas saya dikenakan biaya Rp.1.000.000,- dan biaya untuk penyuntikan Ovidrel di hari mens ke 5 bulan depan sebesar Rp.866.000 (sudah termasuk obat dan suntikan) jadi tinggal bawa saja ke UGD untuk di suntik.

Thursday, July 3, 2014

Program Dr Ivan Sini SPOG, Klinik IVF Morula Menteng

Setelah sebelumnya di jadwalkan untuk Hydro dan HSG di klinik Archa Medika oleh dokter Okky Oktavandhi, suami saya menyarankan untuk menunda melakukan Hydro. Selain suami saya yakin sekali kami bisa mendapatkan keturunan secara normal, dia juga kayaknya kurang sreg dengan rencana Hydro ini, selain karena biayanya juga tidak murah (yah walopun di ganti kantor sih) sepertinya tindakan ini terlalu dini untuk saya yang baru saja kuret di awal tahun.

Sedikit saya jelaskan Hydro atau hydrotubasi itu adalah upaya untuk perbaikan jika ada penyumbatan saluran tuba. Proses nya kurang lebih sama dengan HSG, hanya saja hydro dilakukan dengan cara memasukan cairan untuk melihat adanya sumbatan atau tidak saat sperma menuju sel telur. Hydro ini ada yang dilakukan secara langsung tanpa bius, ada juga obgyn yang melakukannya dengan kondisi pasien diberi obat bius (bius tidur) karena katanya proses Hydro ini lumayan sakit loh. Wah udah mahal terus sakit lagi, kayaknya ngga dulu deh yah,,

Kamis, 3 Juli 2014 berangkatlah ke Bunda Medik Klinik Morula IVF Menteng. Kalo liat dari plangnya ada tulisan klinik bayi tabung, hahaha hampir desperate soalnya sampe kepikiran mau inseminasi aja. Padahal kuret juga baru Januari 2014 dan periode Februari - April memang ga boleh hamil dl pasca kuret. Jadi bisa di bilang baru 3 bulan dari mencoba dan belum dikasih lagi.

Klinik IVF Morula menteng ini menjadi pilihan karena Dr Ivan Sini praktek disini, apalagi saya hampir menunggu satu bulan untuk bisa mendapatkan antrian kontrol. Sambil menunggu dilantai 2 dengan suami hari itu, saya melihat-lihat foto bayi hasil bayi tabung di IVF Morula, ada yang kembar dua, ada yang kembar tiga.. hahah rasanya ga kebayang ya, sekalinya ingin punya bayi eh dikasih langsung kembar, tapi apapun kan yang penting sehat dan sempurna.

Lalu dari jauh Dr Ivan sini memasuki ruangan, berhubung saya mendapatkan urutan pertama, saya langsung diarahkan masuk ke ruangannya. Dr Ivan bisa dibilang dokter yang good looking, masih muda tapiii... saya kurang sreg! Dr nya sih banyak memberikan penjelasan, cuma saran yang diberikan tergolong standar banget (standar karena mungkin saya udah keliling banyak dokter yang memberikan tindakan dan opsi langsung seperti minum metformin, diet gula dan karbo, olahraga, menyarankan hydro dll) Dr Ivan cuma nyuruh saya "NUNGGU" karena belum setahun. Hancur rasanya ekpektasi saya ketika Dr Ivan cuma bilang saya ini positif PCO dan diminta menunggu sampai setahun pernikahan. Lhoooo... dok saya ini udah kebelet punya anak hiks..

Hari itu pulang dengan hampa, sempet di ambil sample darah dan USG 2D biasa (aga bingung karena dokter-dokter sebelumnya selalu melakukan USG Intravaginal) begitu sampe kasir makin bete karena harus membayar Rp.1.000.000-an dimana ngobrol sama dokernya aja paling cuma 5 menit. Dari situ saya (yang emang hobby banget ganti-ganti dokter) memutuskan tidak lagi ingin melanjutkan program dengan Dr Ivan Sini. Maaf loh dok, namanya pasien kan cocok-cocokan ya kan hehehe

Setelah ini mungkin akan coba peruntungan dengan dokter lain, coba pengobatan herbal atau apalah yang penting cepet punya anak lagi.

Tuesday, June 17, 2014

Ini Tuhan sedang bicara dengan cara-Nya.

08 Juni 2014, titik balik dimana harapan itu muncul. Biasanya saya yang menolak untuk ikut suami meeting, hari itu ngotot pengen ikut. pertama jalan deh tuh ke teras kota, sambil nunggu suami meeting, saya ngisi dengan belanja bulanan dan makan di Megane Sushi. Beres meeting di teras kota, lanjut ke Bintaro Xchange (yang ternyata salah tempat) terus lanjut ke Lotte Bintaro. Yaelah ini sih namanya tour the mall.. sempet udah cape banget sebenernya, mana masih ada janji sama sepupu juga ke Summarecon Mall Serpong.

Friday, June 6, 2014

Mencoba Peruntungan Med Tarmin Soetandi SPOG, Cihampelas Bandung.

Hari ini berangkatlah ke Bandung, awalnya tau dokter ini dari temen kantornya suami yang akhirnya istrinya hamil setelah 2 tahun lebih menikah. Dr Med Tarmin ini cukup terkenal di Bandung, biasanya 3 kali kesana katanya udah ada progress. Yah.. namanya usaha di jalanin aja lah yaa.. kan ga pernah tau cocoknya sama dokter mana hehe.. Dokter Med Tarmin ini ngga praktek weekend, jadi kita kesana Jumat 06 Juni 2014, terpaksa deh harus cuti lagi..

Bapak sama Ibu mertua sih udah sering ngingetin buat stop ke dokter dan ikhlas aja, sebenernya bukan ga pengen ikhlas sih, tapi kok kayaknya selama kita masih bisa berusaha ya greget aja kalo ga kesana kesini. Sampe lah di cihampelas no 75 Bandung, di tempat praktek dokter med tarmin, dateng kesana aga horor, soalnya tempat prakteknya di rumah tua gitu, gelap, banyak lukisan dan barang antik. terus perawatnya tua - tua hahhaha bener - bener serem dan jadul banget tempatnya.

Friday, May 30, 2014

PCO atau PCOS, apa masih bisa Hamil?

"PCO (polycystic ovary) adalah suatu keadaan di mana satu indung telur mengandung 12 folikel atau lebih. Karena acap orang salah duga, DR. MED. Dr. Calvin Tjong, SpOG menegaskan bahwa yang ditemukan pada PCO bukanlah sebuah kista, melainkan folikel-folikel kecil yang berukuran 5-7 mm. Kista adalah definisi yang dipakai bila pada indung telur ditemukan ruang yang berisi cairan atau benda padat dan dilapisi oleh selaput.
Pada satu indung telur terdapat jutaan folikel yang notabenenya adalah bakal sel telur. Setiap bulan setelah menstruasi, beberapa folikel akan membesar dan biasanya hanya satu folikel yang akan menjadi matang. Folikel yang matang mempunyai ukuran 18-25 mm.
Folikel yang matang ini akan  pecah dan menghasilkan sel telur dalam proses yang dinamakan ovulasi. Pada PCO, beberapa folikel berkembang, tetapi pembesaran ini terhenti pada ukuran 5-7 mm. Folikel-folikel yang tak kunjung matang akan terus menerus menghasilkan hormon estrogen yang mana bertanggung jawab mempengaruhi pertumbuhan selaput lendir pada rongga rahim.
Esterogen yang terus-menerus diproduksi, lambat laun membuat selaput lendir rongga rahim menjadi sangat tebal. Ketika sirkulasi darah dari dinding rahim tak lagi terfasilitasi, terjadilah bleeding berupa flek atau bahkan pendarahan yang sangat hebat. Amenorhea juga menjadi salah satu gejala yang kerap timbul sebab efek dari PCOS.
Tidak semua PCO yang termonitor dari USG berpotensi menyebabkan gangguan. Apabila temuan PCO turut disertai gangguan siklus menstruasi atau kelebihan hormon androgen (hormon laki-laki), barulah kondisi ini dikategorikan sebagai sindrom polikistik ovarium atau PCOS"

Friday, May 2, 2014

Terimakasih Tuhan, setidaknya kami sempat mendengar detak jantungnya :)

Masuk bulan ke 3 pernikahan, saya mulai panik karena belom hamil juga, akhirnya memutuskan ketemu Dr Cathrina di Rumah Sakit Satya Negara Sunter. Pemilihannya sih lebih kepada deket sama tempat kost dan kantor. Datenglah hari itu ke sana,  pas banget lagi masa subur akhir bulan November 2013.
USGnya masih 2D agak jadul ya tapi lumayan lah sesuai dengan harga, cuma bayar 250.000 an buat dokter sama biaya Obatnya 150.000 an. Cuma di kasih Folafit (Asam Folat) sama  Ashtin force (Vitamin) dokternya ga ngasih indikasi apa-apa cuma bilang rahimnya bagus. Nggak tau apa yang bikin berangkat ke rumahsakit sendirian yang ternyata awal desember test pack saya udah hamil aja dan pas periksa ulang udah masuk 4 minggu, jadi sebenernya pas ketemu kemaren harusnya dokternya udah tau kalo ada penebalan dinding rahim atau pertanda hamil.
Tapi berhubung udah seneng setengah mati akhirnya hamil di bulan ke 3 pernikahaan tetep lah ke dr Cathrina, masuk minggu ke 5 (control ke 3 ) dokter cathrina bilang kalo bayinya ga ada alias BO. Langsung saat itu juga nangis kejer, gimana ngga minggu kemarin bilang hamil 4 minggu sekarang di bilang ngga hamil. Cari second opinion berangkat ke Dokter Paul di Hermina Podomoro disana di USG Transvaginal, mata udah bengkak, udah stress banget tapi di Dr Paul malah bisa sampe liat janinnya dan denger detak jantungnya. Subhanallah nangis makin kejer karena bahagia.. tapi memang Air ketubannya sedikit banget hampir Cuma 2 cm dengan kondisi janjin yang udah 1.5 cm. Disaranin lah sama dokter untuk minum air mineral banyak. Malem itu langsung tlp dr Cathrina dan ceritain semuanya, cuma suami dan saya memutuskan untuk ngga lanjut ke Cathrina.